top of page
Search

You can't control everything. Katanya Jesus be the center?





Hai gais.. aku mau cerita.

Aku sudah balik ke kampusku.

Setelah kembali, aku dan beberapa teman tingkatku disibukkan oleh berbagai hal dari sekolah dan beberapa pelayanan. Salah satunya adalah pelayanan hari Minggu.


Yang mau aku ceritakan adalah secara khusus persiapan pelayanan drama singkat untuk pelayanan sekolah minggu besok. Beberapa hari ini kami sudah latihan untuk drama. Tepat sekali ceritanya ada satu mahasiswa baru yang sudah datang ke kampus kami. Kemudian kakak (aku panggil kakak, karena aku lebih muda) ini ternyata akhirnya diikutkan untuk membantu kami dalam pelayanan drama. Kakak ini memiliki background belajar mengenai child-care, sehingga ia tahu cukup banyak mengenai perawatan anak, pembelajaran anak, dan sebagainya.


Intinya, ketika kami telah berlatih drama sekali jalan. Kakak yang baru hadir pada latihan malam ini, ia memberikan beberapa masukkan dan bertanya lumayan banyak hal. Jujur aku awalnya terganggu, aku pingin cepat pulang hehe. Aku terganggu, dengan pemikiran kurang lebih seperti ini,

"Lah ngapain sihh....? Kek sok tau bett.."

"Gpp kan bisa besok.. penyesuaiannya.. blabla.."


Tapi kemudian, setelah aku berpikir kembali, kakak ini ada kemiripannya denganku, meskipun dalam cara yang berbeda. Ia mau memberikan yang terbaik, dan di dalam benaknya -bisa jadi-, berbuat yang terbaik yaitu dengan cara, membuat semuanya settled up. Gitu. Dan, perasaanku yang berkata bahwa kakak ini sok tau justru lebih sok tau. Aku paham kenapa ia (dengan sangat sopan #beneran) memberikan masukkan ke dalam drama kita, supaya adegan drama yang melibatkan pemeran drama berada di tempat duduk anak-anak dirubah saja, yaitu supaya pemeran semuanya di depan mata anak-anak. Tujuannya baik, dan setelah dipikir masuk akal, yaitu supaya anak-anak tidak lost-focus, karena semuanya ada di depan mereka, tidak perlu menoleh-noleh kiri kanan. Kakak ini pasti lebih ngerti. Dengan background pernah jagain anak from 5 in the morning until 9 at night. Gimana ga ngerti, bila dibanding aku yang lebih sok tahu kalau merasa dia adalah sok tau..?


Nah, kerennya. Respon dari teman pelayanan yang meminta tolong kami dalam drama (yang memimpin kami-lah istilahnya berarti, person in charge) justru sangat positif. Ketika ditanya oleh kakak ini, ia menjawab dengan amat penuh pengertian, serta masukan-masukan tadi diterima dengan baik. Ketika diberi masukkan, memang sih, penting untuk mengesampingkan emosi (perasaan dilangkahi, perasaan menganggap orang lain sok tahu, perasaan PRIDE lainnya), dan bergegas menggunakan otak untuk menimbang-nimbang apakah hal itu masuk akal, lebih efektif, dan bisa diaplikasikan. Teman yang menjadi person in charge ini sangat membuka diri dan membiarkan masukkan masuk, terjadilah kerja kelompok dalam komunitas, adanya saling percaya bahwa kita bisa, jadi gak ngatur2 yang berlebihan.


Aku jadi refleksi diri.

Seringkali aku begitu... secara tidak sadar merasa diri sudah baik dalam pemikiran dan standarku, sehingga ketika aku memegang dan diberi kepercayaan untuk bertanggungjawab akan sesuatu, aku ingin semuanya berjalan sesuai dengan apa yang aku ingini. Padahal gak bisa begitu. Standar ideal perfeksionis pun, belum tentu memiliki dasar yang benar loh! Jangan-jangan justru, yang menarik menurut aku, yang menurutku bisa lebih efektif (dalam pandanganku, bukan pihak yang merasakan), ternyata ketika diperhadapkan dengan data dari yang lebih berpengalaman dan mungkin ada tambahan riset lainnya, pemahamanku bisa salah.

Gak bisa gitu.


Di sinilah, kerendahan hati sangat diperlukan.

Ketika aku memposisikan diriku sebagai person in charge tadi, mungkin aku bisa bersikap baik seperti orang tersebut yaitu dengan tidak serta merta menolak masukkan karena merasa dilangkahi, atau apapun.

Ketika aku memposisikan diriku sebagai kakak tadi, aku bisa belajar dari dia untuk memberikan masukkan dengan motivasi yang benar, demi kebaikan orang lain, dengan kerendahan hati dan kesopanan.


"Bila ku lihat hidupku, semua tentang diriku, semua yang ku mau..."

(lirik Kita Pilihan-Nya SYC 2022)


Ya... aku terbiasa, membuat semuanya sesuai mauku.

Sesuai standarku.

Sesuai apa yang aku anggap baik.

Sesuai aku.


Padahal... gak bisa gitu.

Ini bukan tentang aku atau kamu, tetapi pelayanan tadi, atau bahkan keseluruhan kehidupan kita, adalah tentang Tuhan dan cerita-Nya yang ia mau nyatakan di dalam dan melalui aku dan kamu.

Jadi... ketika suatu hal gak berjalan sesuai keinginan, mestinya kita bisa dengan rendah hati menerima. Oh begini toh yang harus terjadi, yawes.. penerimaan.

Jadi... ketika ada masukan dari orang lain, mestinya kita ga langsung marah, tetapi bisa lebih terbuka, toh tujuannya sama, yaitu (dalam hal ini) supaya anak-anak bisa fokus mendengar cerita Firman Tuhan dan mengenal Yesus yang menjadi sahabat semua orang (tema pelayanan besok).

Dalam hal lainnya misalnya, relasi asmara, gak bisa kamu bilang, kita harus jadi dan udah ada kepastiannya. Ini bukan tentang aku atau kamu, tetapi gimana melalui relasi asmara itu apakah merupakan kehendak Tuhan dan nama Tuhan bisa dinyatakan.

Seharusnya.. gitu lho cara berpikirnya.


Fleksibel dikit bisa, dimampukan.

Toh, Ivana harus sadar kalau Ivana kecil, dan bukan yang mahakuasa, jadi gak bisa kontrol semuanya.

If I got Jesus, and I know He's the one who will control everything,

I wouldn't have to be afraid, kan? :)


Kalau memang motivasi kita didasari oleh Yesus yang menjadi pusat segalanya, maka seharusnya..

di dalam kita berkomunitas.. di dalam perbincangan kita..

kita bisa memberikan ruang,

bukan seperti yang kita ingini,

tetapi bagaimana kehendak Allah yang terjadi..

bagaimana yang diperjuangan melalui diskusi dan kritikan adalah supaya melaluinya menjadi sarana untuk kemuliaan Tuhan.. agar semua kemuliaan kembali kepada sang Anak.


You don't have to control everything, because you can't.

Katanya Jesus be the center? Maka, biarlah Jesus be the center of it all.

Ini berlaku dalam setiap hal dan detil kehidupan.


Only when you come to the end of yourself can you begin to experience the full, blessed, and whole life Jesus offers. -Kyle Idleman


-

-


Pokok... di dalamnya, menjalani dengan kerendahan hati, dengan motivasi yang benar... maka Tuhan akan bantu kita untuk memiliki pemikiran yang baik, emosi yang baik, tindakan yang baik. Malam ini salah satunya... ketika aku mau belajar, Tuhan bantu aku untuk merenung. Ya.. kiranya Tuhan bantu aku juga untuk mengaplikasikan hasil perenungan ini.

Yawes begitulah ya. Terima kasih sudah baca, semoga tulisan ini menjadi berkat.



 
 
 

Comments


I Sometimes Send Newsletters

Thanks for submitting!

bottom of page