The Story Behind: Narasi-Mu
- Ivana Aimee
- 4 days ago
- 4 min read

Lagu ini adalah lagu yang dibuat oleh beberapa rekan, termasuk saya... sebagai devotional song retret internal 2024 dari seminari tempat saya studi. Di tulisan kali ini, aku mau menyampaikan kisah di balik lirik yang tertulis.
Lagu ini sedikit banyak terinspirasi dari kisah kehidupan Petrus di dalam narasi Allah. Bait 1 berbicara tentang Petrus yang awalnya berjalan di atas air untuk mendapatkan Yesus. Namun, ketika dirasanya tiupan angin takutlah ia dan mulai tenggelam. Di dalam keadaan ini Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menolong Petrus. Ketika kita percaya, di situ sebenarnya Tuhan memampukan kita untuk berjalan di atas ombak (keraguan, masalah, dsb) bersama dengan Yesus, diiring dan digandeng oleh Yesus.
Sedangkan bait 2 terinspirasi dari kisah Petrus menyangkal Yesus. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, dan hal ini terjadi karena keras hatinya dan hati yang memberontak tidak mau disangka sebagai murid Yesus. Saya teringat suatu film kisah Yesus yang dalam bagiannya menunjukkan visualisasi ketika Petrus menyangkal ketiga kali dan ayam berkokok, rupanya Yesus menatap mata Petrus dengan kesedihan, dan dengan tatapan yang dalam. Petrus pun menyadari apa yang telah ia perbuat. Tatapan yang dalam itu adalah tatapan kesedihan melainkan juga merupakan tatapan untuk memberikan Petrus kesempatan kedua untuk tidak lagi menyangkali Yesus dan ikut Yesus sepenuh diri. Yesus memberi kesempatan kepadanya untuk bertobat. Hidupnya Ia serahkan kepada Tuhan.
Kemudian di dalam bagian reff, dikatakan "hidupku bukan aku lagi, melainkan Kristus dalamku". Pernyataan ini memang pernyataan Paulus dalam Perjanjian Baru, tetapi tidak bisa dipungkiri, kehidupan Petrus dan setiap anak Tuhan dari segala abad dan tempat apabila menyerahkan hidup kepada Tuhan (tidak lagi ragu maupun hidup menyangkal Tuhan karena kerasnya hati), maka cara hidup yang paling tepat adalah membiarkan Kristus yang hidup dalam kita, bukan daging kita lagi yang memerintah, tetapi Kristus.
Sebagai penulis lirik, aku menyadari lirik yang tertulis semata karena anugerah Allah sedang bekerja hebat di dalam diri saya (bukan karena saya hebat). Meskipun lirik di atas terinspirasi dari kisah Petrus, namun lagu ini begitu personal bagi saya. Bait 1 adalah berkaitan dengan keraguan saya, karena waktu itu saya lagi lemah tubuh. Bait 2 berbicara tentang waktu itu saya punya narasi saya sendiri, tetapi Tuhan seperti menyatakan bahwa kehendak-Nya adalah yang lain, sehingga saya belajar untuk tidak memberontak/menyangkali Tuhan, dan tunduk saja kepada Allah...
Jadi... kisahnya begini.. (#semicurcolini): Pada waktu tahun 2024, ketika penulisan lagu ini. Aku ingat waktu itu aku sedang berada di kelas dekat perpustakaan, sedang mengerjakan tugas. Kala itu hanya aku sendiri, dan tidak ada orang. Pikiranku sedang melalang buana baik ke depan maupun belakang. Waktu itu, badanku sedang tidak baik-baik saja. Sempat ada diagnosa dokter yang menyampaikan bahwa aku terkena autoimun, ada yang secara spesifik, jangan-jangan ini Multiple Sclerosis, atau lainnya (alhasil, akhirnya aku skip semua wes wkwkw #janganditiru, terus fokus pada pengobatan tradisional dan perubahan gaya hidup). Selain karena memang dalam tubuh ini mengalami gejala yang aneh-aneh, aku juga jadi makin stress berat. Aku merasa aku benar-benar harus bergantung kepada Tuhan, melangkah sehari demi sehari (memang seharusnya begitu, sih, tapi gak bisa dipungkiri kadang kalau udah bisa jalan sendiri, jadi lupa diri, merasa gak butuh Tuhan). Nah, pada waktu itu... kakiku terasa lemah dan berat, memang bisa jalan, tetapi seperti mengangkat beban berat sekali, dan seperti tidak punya kaki sangking kesemutan, kebas, dan berat, agak rasa bengkak nyampur jadi satu. Jadi setiap malam itu dipenuhi keraguan, akankah besok aku bisa menggerakkan kakiku lagi? Bisa jadi udah terkapar dan gak bisa jalan lagi? Keadaan ini membuat saya berpikir jauh, apakah saya bisa menjadi teolog yang baik? rohaniwan yang bisa available? Tidak bisa dipungkiri, kaki adalah hal utama yang diperlukan juga dalam pelayanan. Hal ini bebarengan dengan pergumulan lainnya, yang aku perjuangkan kepada Tuhan, tetapi kemudian Tuhan berkata "bukan" sehingga aku mau tidak mau harus belajar tunduk, dan putar haluan dari narasi yang aku rancang sendiri menuju narasi-Nya. Sampai pada titik, ya sudah, Tuhan, aku berserah. Toh hidupku bukan tentang aku lagi. Tapi tentang Kristus. Bersama Kristus, seperti Kristus, dan untuk Kristus. Maunya Kristus......
Lanjut ke lirik, ketika Tuhan bertanya kepada Petrus, apakah Engkau mau mengasihi Aku? Petrus menjawab "Ya, aku mengasihi Engkau" kata Yesus kepada-Nya gembalakanlah domba-dombaku. Yesus menanyakan 3x, dan Petrus menjawab 3x. Luar biasa. Ada kesempatan kedua. Saat ini Yesus ingin Petrus betul-betul berkomitmen menyerahkan hidupnya bagi pelayanan kepada Tuhan sebagai bentuk kasihnya kepada Allah (meskipun kita tahu ya... pengabdian kasih kita seumur hidup pun tidak dapat membalas kasih-Nya!).
Tidak berhenti di situ.... kisah Petrus layaknya seperti seorang pengecut. Pengecut yang senantiasa diajarin Tuhan untuk masuk dalam narasi-Nya... ada banyak kisah Petrus yang sok tahu dan lain-lain.... pas sebelum penyangkalan Yesus pun, Petrus yang sedang membawa sebilah pedang, mencabut pedang tersebut lalu memarang hamba imam agung sampai putus telinga kanannya ('semaunya Petrus'). Kemudian kisah lain, Petrus bikin tenda buat Yesus tinggal di bumi... #kisahtransfigurasi ('semaunya Petrus')... dan bahkan di akhir hidupnya... ada kisah dari bapa gereja, bahwa Petrus mau kabur dari tempat penganiayaan, hingga kemudian ada yang bertanya kepadanya "Quo Vadis?" Barulah ia ingat akan panggilannya untuk hidup dan mati bagi Tuhan.
Akhirnya, ia pun disalib terbalik.
Kisah hidup Petrus emang kayak pengecut.... tetapi ketika diberikan kesempatan untuk taat, akhirnya ia pun taat. Aku menyadari kehidupanku juga terkadang gak jelas, dan mungkin seperti pengecut... hahaha. Tetapi satu hal, oleh anugerah-Nya, Tuhan memampukan Petrus, untuk bisa menunaikan panggilan-Nya dalam hidup. Meski seorang nelayan, tanpa pelajaran formal akademik, oleh anugerah-Nya, Tuhan mampukan. Meski Petrus sifatnya keras, kadang sok tau, kadang seperti pengecut, oleh anugerah-Nya, Tuhan mampukan..... bukan karena siapa dan bagaimanaku, tetapi karena anugerah Tuhan, sehingga kita bisa dilayakkan untuk menunaikan panggilan-Nya... untuk berjalan dalam narasi-Nya.... dalam narasi yang telah dijalani terlebih dahulu oleh sahabat kita, penulis hidup kita, yaitu Yesus sendiri.
Lagu ini bisa jadi karena pertolongan Tuhan.. tetapi juga karena ada teman-teman seperti Yovian, Vico, yang membantu baik mengatur ulang melodi, membuat aransemen, sehingga bisa jadi seperti yang telah dirilis. Semoga jadi berkat yah...
Gak sempurna.. tetapi oleh anugerah Tuhan... aman................
Comments