Things I've Learnt about Losing Somebody
- Ivana Aimee
- Jun 23, 2023
- 6 min read

Pada tanggal 12 Mei 2023, hari Jumat, aku pergi ke Jember dari Lawang untuk melayat, untuk menghibur temanku yang ibunya sudah tiada. Hari yang sama setelah aku kembali ke Lawang, jam 5 sore-an, waktu itu aku mendengar kabar kalau kakekku mengalami pendarahan di bagian lambung. Kata papiku, kemungkinan saja itu dikarenakan minum obat yang terlalu keras begitu banyak. Malam hari ketika aku sedang persekutuan doa kamar dengan kakak kamarku, kita mendoakan agar kakek dapat segera sembuh dan mendapatkan kesadarannya kembali. Eh.. tetapi karena aku baru buka HP, aku tertinggal informasi. Sudah sejak jam 19:30 an papiku bilang kalau kakek sudah rest in peace. Hal ini sungguh mengagetkan karena, ini merupakan kehilanganku yang pertama dari pihak keluarga yang menurutku masih dekat. Hal ini membuatku terdiam dan bingung. Sudah beberapa saat aku tidak bisa ketemu dengan akong. Terakhir ketemu adalah tahun lalu, Desember. Itulah pertama dan yang akhir aku bertemu akong ketika akong sudah pindah ke Jakarta (semenjak awal 2021).
Beberapa kakak-kakakku di asrama membantuku berpikir apa yang harus kulakukan, karena aku sempat nge-freeze beberapa saat. Aku terlalu bingung, karena di sisi lain, masih ada ujian yang harus dilakukan, kemudian hari Sabtu besok ini aku harus segera pergi ke Surabaya karena memang rencana awal demikian. Sempat dikatakan, bahwa Aimee tidak perlu ke Surabaya maupun Jakarta, tinggal saja di sekolah. Tapi... setelah disepakati dan menentukan keputusan di tengah kesulitan pengambilan keputusan karena kebingungan, maka akhirnya aku memutuskan ke Surabaya. Kemudian Sabtu malam, dari Surabaya naik mobil bersama keluarga ke Jakarta. Akhirnya terjadilah sesuai rencana ini. Hal ini begitu menegangkan.
Melalui beberapa rangkaian ibadah penghiburan, penutupan peti, pemberangkatan jenazah menuju makam, dst, paling tidak aku merenungkan beberapa hal: (Ini adalah pengalamanku, jadi belum tentu terjadi dalam kehidupan orang lain, meskipun juga bisa jadi bahan perenungan dan refleksi kembali).
1. Semakin kita lahir dengan keluarga besar yang lengkap dan banyak, semakin banyak peristiwa kematian dan kehilangan yang harus kita hadapi.
Itulah realita kehidupan yang harus dihadapi. Ada yang bilang, "enak ya kamu memiliki keluarga yang lengkap". Tetapi dari pihak keluarga yang lengkap seperti aku, akan terus kepikiran, "semakin lengkap, semakin banyak peristiwa kehilangan yang harus dihadapi, momen kehilangan itu pun setelah momen banyak lainnya, sehingga pasti lebih sulit untuk move on." Aku tidak bilang mana yang lebih baik, mana yang lebih enak, tetapi aku hanya merenungkan dalam posisiku yang memiliki keluarga besar yang lengkap, tentunya harus melewati banyak peristiwa kematian. Masih ada 3 kakek/nenek yang satu-satu pasti akan dipanggil Tuhan, hal ini melelahkan, mungkin, karena akan membuat aku kembali sedih dan merasa kehilangan. Aku cukup besar untuk mengerti yang namanya kehilangan dan justru bisa menuangkan emosi ku lebih banyak ke dalam hal ini. Ya... setiap orang punya kesulitan masing-masing. Begitu juga aku dengan pemahaman ku ini. Namun.. setelah dipikir-pikir, yang terpenting bukanlah berapa banyak peristiwa kehilangan yang harus aku lewati, yang penting adalah orang yang meninggal pernah hidup, pernah mengenal dan dikenal oleh aku, dan aku ingin merayakan kehidupannya di bumi. Pemahaman ini lebih baik. Tidak perlu lagi aku menghitung-hitung banyaknya orang yang satu per satu pasti akan tiada, sebab yang penting adalah momen ketika kita masih bersama.... itulah yang dirayakan. Apabila nanti kehilangan, menangislah secukuplah dan bersyukur sudah pernah mengenal orang tersebut.
2. Kedukaan mendekatkan yang awalnya jauh dan mengubah hati manusia.
Aku merasakan hal ini karena aku memang jarang banget pergi ke Jakarta untuk jenguk nenek dan saudara sepupu-kerabat yang ada di Jakarta. Waktu itu aku pagi baru sampai di Cikarang. Habis gitu langsung diajak ke tempat persemayaman yang ada di rumah sakit. Cape banget, soalnya memang pas itu lagi nggak fit badanku, tapi ya aku mikir, yaudah cuma dapet cuti 3 hari dari kuliah yang berasrama (termasuk hari weekend). Akhirnya berangkat, dan kemudian ketemu sama dua sepupu aku yang memang tinggal di Cikarang. Papi sama kokonya papi udah pada ketemu temen-temennya dan sebagainya. Aku akhirnya duduk aja mojok sama satu sepupu jauh yang keknya aku baru kenal. Terus akhirnya papi suruh aku untuk ngiringin dia nyanyi lagu, aku disuruh main keyboard sebisaku. Yaudah mainlah aku. Eh ternyata sepupu pada ngumpul, terus kita pada ngejam bareng di tempat persemayaman, lagu lagu yang mendukung lagu untuk melepas kakek tercinta. Kita gantian main dan nyanyi. Entah kenapa, kita semakin dekat, aku bersyukur banget. Tapi emang gara-gara aku nggreges, jadinya yaudah dianter pulang ama koko sepupu aku yang paling gede.
Di sisi lain, ketika acara penutupan peti, salah satu ncik ku berkata kalau dia tidak pernah bangga dengan kakekku. Tetapi dia baru menyadari bahwa ternyata ada banyak orang di sekitarnya yang mengakui bagaimana kakekku ini jujur dan sebagainya. Di situ ia menyadari, bahwa justru akongku (papanya) itu orang "baik", berusaha membesarkan ia sebaik-baiknya, mengajarkan hal yang benar. Ia bercerita bagaimana berapa kali ia berusaha untuk mendekat kepada akongku, tetapi entah kenapa selalu muncul rasa jengkel, pada akhirnya berujung ia marah kepada akong. Tetapi malam itu, ia menunjukkan bahwa meskipun mungkin dari dulu kurang bangga dengan akongku, ia akhirnya menyadari juga bahwa akongku orang "baik". Aku rasa.. memang yah, di dalam sebuah kedukaan, akan ada banyak hati yang dirubah. Entah mungkin hati yang keras dilembutkan, hati yang angkuh dilunakkan, hati yang tak peduli dan acuh tak acuh dibuat menjadi peka, dan sebagainya.
3. Tuhan kirimkan org org baru ketika kita ditinggalkan, ak kenal sodaraku yg radak jauh...... Sebuah Refugee Places sebelum sampai titik akhir.
Nggak nyangka banget, di sana aku bisa ketemu sodara yang bahkan sebelumnya aku gak pernah ketemu. Ketika hari penutupan peti, aku bertemu dengan dua sepupu jauh. Jadi akongku punya keponakan, yaitu sepupunya papi aku, dan dia punya 2 anak, laki yang seumuran sama koko aku, dan perempuan yang seumuran dengan aku. Aku juga baru ketemu gugu (sepupu papi) ku berarti hahaha. Terus ketemu juga sama sepupu jauh yang aku udah lupa namanya Oops. Jadi.. ada aja ketemu orang baru. Selain itu, aku bertemu sama yang sudah lama ga ketemu, ada satu gugu, ternyata udah nikah! Dulu pas aku kecil sering banget ketemu gugu ini, tapi pas gede ya masing-masing kan. Ternyata dia udah nikah sama orang Malaysia. Kita berbincang-bincang, ternyata sempat sekolah teologi juga, dan seterusnya. Jujur, nggak nyangka banget. Ketemu anggota keluargaku yang lain lagi, yang dari Bondowoso pada dateng, keren banget. Sempat ada satu malam kami makan bersama, widihh.. asik deh. Sayang banget karena aku cuma bisa bentar di situ. Tapi it's okay, aku mendapatkan sebuah refugee places di dalam diri beberapa orang yang Tuhan pertemukan aku meskipun secara singkat aja. Maksudnya adalah, ada tempat di mana di situ, kita bisa "beristirahat" "menikmati relasi" dan untuk sementara "merasa belong" supaya kita bisa bertahan di bumi sampai pada kesudahannya.
4. Berbahagia yang memiliki pengharapan dalam Kristus.
Waktu itu aku inget banget papi pas disuruh sepatah dua kata untuk akong, dia nangis tapi terus langsung nyanyi bahagia "mengikut Yesus keputusanku". Itu keren banget. Aku pikir papi aku kok bisa ya punya pengharapan sekuat itu. Itu pertama kalinya aku ngerti ada karaoke di persemayaman, mana ada persemayaman kek begini ? Cuma papi aku keknya yang bisa buat begini, sama beberapa orang lain mungkin di dunia, wkwkwk. Papi ajak nyanyi nyanyi lagu gereja, lagu yang memberikan kekuatan dan pengharapan. Di sini aku sangat bersyukur karena memang akong mengenal Tuhan, mengenal Yesus Kristus. Terlebih lagi aku bersyukur karena kami yang berduka juga memiliki pengharapan kepada Kristus. Kristus yang akan mempertemukan kami lagi nanti ketika berada di Sorga. Aku harap banyak orang juga bisa memiliki pengharapan kepada Kristus sedemikian.
5. Semakin banyak kematian, meski berduka, semakin banyak diingatkan tentang pengharapan.
Semakin banyak kematian yang dialami oleh kita, pasti kita akan semakin banyak kehilangan. Tepat sekali. Tetapi meski kita begitu kehilangan dan berduka, tetapi setiap kedukaan kita akan selalu diingatkan kembali bahwa ada pengharapan di dalam Kristus bagi yang percaya, baik secara langsung maupun secara perenungan pribadi. Memang realita kehidupan sejujurnya akan begitu menyakitkan apabila kita mengalami banyak kehilangan, tetapi di dalam kedukaan yang dahsyat dan banyak itu, kita mendapatkan pembaharuan pengharapan, diingatkan kembali bahwa dalam Kristus ada kebangkitan tubuh! Nanti akan bertemu lagi dengan mereka yang percaya pada Tuhan.
Btw. Gais, fun fact. Sebenarnya jurnal pribadi ini sudah lama aku mau selesaikan. Tetapi apa daya, kemalasan menyerbu aku hehe. Hari ini, bertepatan ada jemaat yang meninggal, dan cece dari jemaat tersebut begitu mencintai yang meninggal. Ia sudah umur 82 tahun, dan sangat cinta sama adiknya. Ternyata dari sebelum meninggal, dia yang mengurus yang meninggal. Tadi ada acara penutupan peti, dan ai tersebut menangis histeris, hal ini membuatku ikutan sedih dan teringat akan kematian akongku 12 Mei lalu.
Jadi begitulah, akhirnya dari situ aku tergerak untuk menyelesaikan tulisan ini.
Sekian. Tuhan berkati... tetap berpengharapan dalam-Nya yang memberikan penghiburan dan kekuatan!







Comments