top of page
Search

Kindness Day


ree

Photo by Sirisvisual on Unsplash.


Aku bersekolah di sekolah teologi di Lawang. Bertepatan hari ini, sekolah mengadakan suatu hari khusus untuk merayakan akhir dari group-mentoring kami yang telah membahas 2 Petrus 1:5-7. Hari khusus tersebut yaitu hari Kindness Day. Hari ini secara khusus dibuat menjadi hari di mana kita harus melakukan apa yang baik kepada sesama kita. Perbuatan kebajikan tersebut dapat berupa salaman, senyuman, tindakan yang memerhatikan, gift-cards, memberikan hadiah, dan seterusnya. Sesama kita dapat berupa teman sekelas, kakak tingkat, dosen, staf kampus, pekerja lapangan, dan sebagainya.


Aku sudah melakukan sedikit, yaitu dengan memberikan Gift-cards kepada beberapa temanku.

Sebenarnya, lumayan asik juga sih, aku menikmati pembuatan setiap surat mini yang ada di dalamnya.


Namun.. ketika hari berganti dari pagi menjadi siang.. aku menyadari satu hal.. berbuat kebajikan itu bukan hal yang mudah. Berbuat kebajikan itu juga.. melelahkan.


Tepat ketika aku menuliskan tulisan ini, aku masih tetap berkutik hanya di ruangan belajar favoritku, berencana mengerjakan tugas ini dan tugas itu.. suntuk.. menyadari diri ini rasa-rasanya sangat minim sekali berbuat baik. Untuk melangkahkan kaki menjauhi laptop pun bukan hal yang mudah, karena memang ada tugas yang harus aku kerjakan!


Aku sempat berjalan keluar dan masuk perpustakaan. Di situ aku juga sadar, sangat minim sekali komunikasi yang terjadi antara diriku dan para staf perpustakaan. Kami hanya berpapasan, saling menyapa, saling menebarkan senyum yang tertutup oleh masker, kemudian kembali melakukan perkara dunianya masing-masing.


Lalu aku melihat, ada seorang mahasiswi yang sedang berbincang dengan para pustakawan ini. Mereka berbincang begitu santai. Kembalilah aku merefleksikan diriku lagi, "Kok.. aku hanya berkutik di dalam duniaku saja?"


Salah satu unsur dari kebajikan yaitu di mana kamu menyadari bahwa kamu tidak tinggal sendiri di dalam dunia yang fana ini. Dengan membiarkankan diriku lagi-lagi fokus kepada duniaku saja, maka yang terjadi adalah keegoisan belaka.


Murid yang sejati dalam Kristus bukankah sepantasnya memberikan tumpangan kepada mereka yang membutuhkan? Melayani sesama? Mengasihi sesama? Ya... memang seharusnya demikian, tetapi apa yang aku lakukan? Sebaliknya.

Mengapa berbuat baik begitu sulit?

Yesus berkata kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri, terlebih kepada musuh kita.

Berbuat baik kepada orang-orang yang baik bagi kita saja menurutku sudah sulit! Karena sejujurnya berbuat baik itu melelahkan..


Melalui hari Kindness Day seperti ini lumayan membuat aku memberanikan diri keluar dari zona nyaman dan paling tidak berusaha berbuat baik (meskipun belum tentu hal ini benar-benar dirasakan oleh temanku), hari ini membuatku sadar betapa hari-hari biasanya saya tidak benar-benar menerapkan kebajikan itu. Sehingga ketika hari ini aku mau berbuat kebajikan, seperti otot olahragawan yang sudah lama tidak dipakai, aku menjadi kaku dan berasa sangat lelah dalam melakukannya.


Memang, berbuat kebajikan tidaklah mudah.

Namun, ketika kita melakukannya dengan segenap hati, terutama apabila melalui apa yang kita lakukan, ada orang-orang yang dapat merasakan kehangatannya, maka sebenarnya, sudah semestinya perjuangan dibalik kebajikan yang dilakukan itu tidak menjadi suatu masalah lagi...


Tawan segala pemikiran, tindakan, hidupku dalam Engkau, ya Kristus!

Tawan segala pemikiran, tindakan, hidupku dalam Engkau, ya Kristus! Sesulit apapun, semudah apapun, ajar aku untuk tetap melakukan kebajikan, sekecil dan sebesar apapun, biarlah aku tetap melakukannya dengan hati yang tulus, dengan motivasi benar di hadapan Kristus. Biarlah kehangatan itu dapat dirasakan tidak hanya oleh aku pribadi...........................

 
 
 

Comments


I Sometimes Send Newsletters

Thanks for submitting!

bottom of page