top of page
Search

Cerita tentang kehidupan, dari gelap menuju terang.

Updated: Apr 28, 2021


Photo by Mike Lewis HeadSmart Media on Unsplash


Saya, Ivana Aimee, adalah seorang perempuan yang lahir di suatu keluarga Kristen. Meskipun demikian, saya bukanlah seorang Kristen sejati. Dari kecil saya selalu mengikuti ayah dan ibu saya untuk pergi ke gereja, tepatnya di GKT Nazareth pos PI Pondok Indah Surabaya. Setiap minggu saya akan merasa sangat senang pergi ke gereja karena bisa bermain di sekitar perumahan Taman Pondok Indah bersama teman-teman saya sembari menunggu kebaktian sekolah minggu yang akan dimulai setelah kebaktian umum. Saya selalu menjadi orang yang paling penuh keringat habis berlari-larian kesana kemari, sama sekali tidak siap mengikuti kebaktian sekolah minggu. Ada kalanya, teman saya tidak datang pagi bersama orangtuanya, sehingga akhirnya saya harus mengikuti kebaktian umum yang membosankan bersama dengan orangtua saya, hal ini membuahkan tidur yang nyenyak. Sejak SD, entah mengapa saya melibatkan diri dalam pelayanan ensemble di gereja, juga sempat memberikan beberapa persembahan pujian, dan seterusnya.


Di samping hal tersebut, kehidupan biasa saya dipenuhi dengan bermain warnet. Saya mulai menggiati bermain warnet ketika kelas 4 SD bersama dengan kakak laki-laki saya. Sambil menunggu ibu saya yang sedang berjualan makanan dan minuman di suatu toko grosir di Surabaya, saya bermain warnet di gedung yang sama namun lantai yang berbeda. Saya tidak bisa lepas dari bermain tembak-tembakan dan berusaha untuk menaikkan pangkat. Saya bertemu banyak kawan bermain yang mengasyikkan di warnet. Di penghujung kelas 4 SD, saya menerima rapot, dan rupanya saya mendapat peringkat 1 di kelas. Sungguh hal yang aneh, karena kegiatan saya setiap harinya terfokus pada bermain warnet. Meskipun ada ulangan, saya akan mempercepat belajar saya, kemudian menyempatkan pergi ke warnet yang ada di tempat kerja ibu saya, untuk bermain game online.


Awal mendapati peringkat tersebut membuat saya mau tidak mau akan terus berupaya untuk mempertahankan peringkat itu, dan juga tetap giat bermain game online. Ketika naik kelas 5 SD, saya mulai stop bermain di warnet, karena di keluarga saya sudah mempunyai laptop sendiri yang bisa digunakan untuk bermain game online. Saya tidak lagi memainkan game online tembak-tembakan, tetapi mulai bermain virtual world game di rumah saya sendiri. Setiap hari pun demikian, berusaha mendapatkan nilai sebagus-bagusnya dan bermain sepuas-puasnya. Secara tidak sadar, saya sudah bertumbuh menjadi anak yang kasar, munafik, tidak mau dikalahkan, sekaligus angkuh.


Hobi saya bertambah ketika naik kelas 6 SD, saya memasuki ‘dunia perfilman’. Saya ingat sekali, menonton film menjadi hobi saya yang baru. Kala itu, saya sangat tertarik dengan cara seseorang akting dan bermain film. Bagaimana mereka bisa menunjukkan berbagai ekspresi yang berbeda dan dramatis di tengah-tengah cerita yang bukanlah sebuah realita. Hingga suatu saat, saya mulai memiliki keinginan tahu tentang sebagian organ tubuh manusia yang sangat tabu dibicarakan. Dengan penasaran, saya mulai mencari gambar tersebut. Ini adalah biji awal kejatuhan, hanya saat itu belum berbuah dan terlihat.


Waktu terus berlalu, saya memasuki Sekolah Menengah Pertama. Hobi saya bertambah lagi, saya mulai suka menonton serial anime (Anime adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan film animasi Jepang). Tidak bisa dipungkiri, meskipun anime tersebut bisa ditonton oleh anak remaja, namun, di dalam setiap anime hampir selalu ada sedikit/banyak adegan yang memicu pemikiran kotor sang penonton. Kecanduan saya menonton anime ini telah membawa saya kepada keingintahuan yang lebih dalam, hingga akhirnya saya jatuh ke dalam dosa pornografi. Jika tidak salah, frekuensi saya menonton hal tersebut kurang lebih adalah setiap akhir minggu saya akan meluangkan siang hingga sore hari untuk menontonnya, dan ditambah beberapa hari kerja bila sebelum tidur otak saya tiba-tiba merekomendasikan untuk menonton hal tersebut. Awalnya hanya cuplikan adegan singkat dari serial yang pernah saya lihat, tetapi semakin lama saya menelusuri semakin banyak lagi.


Prestasi di sekolah saya masih sangat baik, dan seperti biasa selalu mendapatkan nilai yang baik/sempurna. Pelayanan saya di gereja juga tetap jalan, meskipun peralihan dari sekolah minggu ke kebaktian remaja membuat saya menjadi seorang anti sosial. Saya yang masih kecil dan sudah melihat hal yang tidak senonoh, serta mempunyai prestasi baik di sekolah, sempat berpikir bahwa diri saya adalah seorang munafik. Bisa-bisanya di sekolah terlihat begitu sempurna dan alim - saya masih seorang yang kasar, hanya tidak berkata kata-kata kotor, mungkin lebih cenderung menggunakan kata-kata yang menyakitkan dan menusuk -, namun ternyata di rumah adalah seorang penggila anime dan menonton hal-hal yang seharusnya tidak kita tonton. Hal ini membuat saya menjadi orang yang sensitif dengan perkataan dan tingkah orang lain, semakin kasar, angkuh, mudah iri hati, dan berbagai macam karakter yang buruk.


Ketika kelas 2 SMP, saya mengalami yang namanya ‘cinta lama bersemi kembali’. Kehidupan saya dulu tidak hanya dipenuhi bermain game, menonton anime & film, seorang bukan Kristen sejati yang melayani di gereja, tetapi juga diisi oleh bunga-bunga kisah cinta seorang remaja. Saya pernah menyukai anak laki-laki tersebut ketika saya masih kelas 5 SD, tetapi rasanya tidak terbalas jadi saya memilih untuk undur. Namun ketika saya kelas 2 SMP, saya menyukainya kembali. Setelah saya pikir kembali, Tuhan membuat CLBK saya terjadi begitu mudah hingga kita yang berbeda kelas entah mengapa bisa saling bercakap melalui sosial media dan bercerita tentang keseharian.


Setiap hari kita akan chat melalui sosial media, saya sempat takut bila dia mengetahui saya suka dia, maka dia akan undur. Namun, ternyata dia selalu membalas pesan saya! Oh betapa hati ini sangat berbunga-bunga. Hingga suatu ketika, dia bercerita tentang kehidupan spiritualnya. Dia selalu menyiapkan waktu untuk berdoa malam, sehingga saat malam saya tahu bahwa dia akan melakukannya lagi. Seiring berjalannya waktu, dia juga membagikan suatu lagu yang dinyanyikan oleh Chris Tomlin, seorang pemimpin pujian, penulis lagu, dan penyanyi lagu rohani kontemporer dari Amerika. Setelah saya dengar, ternyata lagunya asik juga. Dia sering bercerita tentang Tuhan, Tuhan dan Tuhan lagi.


Saya bukanlah orang yang membenci Tuhan atau punya kepahitan dan kekecewaan tertentu terhadapNya. Lebih tepatnya, saya sama sekali tidak ada niatan untuk memikirkan tentang Allah dan perkaranya. Saya merasa senang dalam kenyamanan mengejar peringkat satu, menonton anime, dst. Selama ini ada banyak pengkhotbah dan pembicara yang berbicara tentang Tuhan namun tidak pernah saya gubris, sekali ini saya mendengar dari orang yang saya sukai mengenai Tuhan, saya langsung menjadi sangat antusias tercampur dengan keheranan, “apa yang baik tentang Tuhan?”. Biasa, namanya juga sedang suka, apa saja yang disukai oleh orang tersebut akan saya berusaha sukai, termasuk Tuhan, yang saat itu saya belum sepenuhnya ingin kenali.


Kami terus berbicara dan berbicara. Kami menjadi semakin dekat. Disitu saya menyadari, bahwa saya adalah orang yang tidak baik karena saya menonton pornografi. Sehingga demi mempertahankan citra baik ‘anak teladan’ saya berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari pornografi, namun tidak bisa. Saya selalu merasa gagal. Jatuh, bangun, jatuh, bangun kembali. Apa yang salah? Saya hanya ingin memperbaiki hidup yang terlanjur ternodai ini, apa yang salah? Saya jengkel dengan diri saya sendiri. Saya memutuskan untuk mencari di internet berbagai macam cara untuk berhenti menonton pornografi. Namun, yang terjadi tetap kegagalan.


Hingga suatu saat, saya ada ulangan agama Kristen, lalu saya sempat bertanya jawab dengan orang yang saya sukai. Dan tiba-tiba dia bercerita tentang akhir zaman, yang saya sama sekali tidak mengerti apa artinya. Mungkin orang ini tidak bermaksud untuk menakuti saya dan hanya memberikan informasi bahwa hal itu akan terjadi nanti entah kapan, namun saya menjadi takut dan histeris. Akhir minggu yang biasanya saya gunakan untuk nonton hal tidak senonoh, saya gunakan untuk membaca kitab Wahyu. Ternyata benar! Semua ada tertulis di kitab tersebut, bahwa Ia akan datang kedua kali, dan akan melakukan penghakimanNya di kedatanganNya yang kedua. Saya membaca sambil menangis meratapi diri saya yang penuh hina. Kurang lebih pada saat itu juga, saya juga sudah memulai membaca Alkitab tahunan gereja. Setiap larangan dan hal yang baik dilakukan berdasarkan Alkitab, saya catat. Hal ini membentuk saya menjadi orang yang ‘legalistik’ yang sempat membingungkan saya.


Waktu yang biasanya saya gunakan untuk menonton, akhirnya saya ubah untuk menonton livestream suatu kebaktian gereja karismatik besar di Surabaya. Hal itu terjadi berminggu-minggu, dan setiap ibadah membuat saya terharu, Yesus itu terlalu indah dan nyata. Mengetahui hal ini, saya akhirnya membiarkan Yesus ikut campur dalam seluruh kehidupan saya, termasuk pergumulan saya dengan pornografi. Saya memohon kepada-Nya agar saya bisa lepas dari pornografi. Saya merasakan hal ini dalam hati saya: bahwa pornografi, menonton anime, main game sepuasnya, mendapatkan peringkat satu, atau bahkan mendapatkan seluruh isi dunia tidak akan pernah membuat saya puas, yang ada hanyalah kekosongan yang semakin mendalam dan berarah pada penghancuran diri sendiri. Saya menyadari, kepuasan sejati itu hanya ada dalam Kristus Yesus yang telah mati dan bangkit bagi saya. Saya menyadari, kepuasan dalam Yesus itu indah, bukan ilusi, bukan sementara, tetapi dipenuhi dengan damai sejahtera dan sukacita yang sejati dan tidak berdasarkan situasi. Seiring berjalannya waktu, cinta saya dan keingintahuan saya pada Tuhan semakin besar. Kadang saya masih jatuh dalam dosa pornografi, tetapi saya selalu diingatkan bahwa hal tersebut tidak benar dan merusak diri saya.


Saya masih chat dengan orang yang saya sukai tersebut. Hingga pada Desember 2014, sesuai perjanjian awal, kami saling membuka rahasia mengenai orang yang kami sukai. Kami mendapati kami saling menyukai. Tetapi satu hari setelah itu, suasana menjadi canggung. Percakapan berbulan-bulan yang ramah dan membuat hati bergetar hilang begitu saja. Kami tidak lagi melanjutkan percakapan kami, dia bahkan menghapus sosial media yang digunakan untuk bercakap dengan saya. Saya tidak tahu mengapa, namun hal itu sangat saya sayangkan. Orang yang saya sukai sudah pergi dari bagiannya dalam hidup saya, namun, justru saat itulah Tuhan mengambil alih hidupku lebih lagi! Saat itu saya sadar betapa saat ini Tuhan menanti saya untuk kembali padaNya, tetapi saya terlalu nyaman dengan kehidupan saya yang menuju kebinasaan itu.


Saya yang keras kepala dan angkuh, diajarNya untuk belajar menjadi orang yang rendah hati dan mau diajar, saya juga belajar akan kasih karunia Tuhan yang tidak membelenggu, justru membebaskan. Roh Kudusnya membuat saya mengerti akan beberapa hal ketika saya sungguh-sungguh datang kepada-Nya dan membaca firman-Nya. Saya pelan diubahkan menjadi orang yang tidak kasar, yang tidak iri hati dan mudah marah seperti biasanya, dan lebih mau menerima teguran dan nasihat.


Ketika kenaikan kelas, saya akhirnya memutuskan untuk sama sekali memberhentikan diri saya untuk menonton segala macam anime, karena saya ingin memulai tahun terakhir saya di SMP dengan Tuhan. Saya naik kelas 3 SMP, saya beralih menjadi tertarik kepada 2 orang sekaligus. Orang pertama ini adalah orang yang telah membuatku mau mengenal Tuhan, dan satu orang baru ini adalah salah satu penganut Saksi Yehovah dengan iman yang kental sekali. 2 orang ini adalah sahabat, karena saya ingin mengetahui tentang orang yang saya suka, saya mendekati sahabatnya, tapi ternyata saya malah tertarik juga dengan sahabatnya. Suatu saat, penganut SY ini menyebarkan imannya di kelas. Hingga saya juga memintanya untuk membawa renungannya kepada saya, karena saya tertarik (Saya pikir iman kita sama). Suatu hari, 16 September 2015, teman saya yang punya pengetahuan lumayan akan hal Kristen mulai berdebat dengan si penganut SY ini. Kala itu sedang istirahat, dan mereka berdua duduk berdekatan dengan saya sambil berdebat panjang lebar. Saya sangat pusing, karena saya tidak mengerti sama sekali tentang apa yang membedakan penganut Kristen dengan Saksi Yehovah. Saya menyimak pembicaraan mereka diam-diam, lalu menjadi sangat bingung dan gelisah.


Karena saya benar-benar ragu sekali, akhirnya saya berdoa di pojok kelas dengan panik kurang lebih seperti ini, “Tuhan, apakah Engkau benar Tuhan yang sejati? Kalau benar Yesus adalah Tuhan yang sejati tolong teguhkan aku untuk percaya.” Saya menjadi linglung hingga sepulang sekolah. Ketika pulang sekolah, saya lekas menuju ke mobil antar jemput, namun di sela-sela itu, Tuhan membiarkan saya bertemu dengan dua orang sahabat saya (Saya yakin hal ini bukan suatu kebetulan). Mereka berdua datang, melihatku sudah membawa buku renungan Saksi Yehovah, mereka sangat kaget, lalu menegurku, “Lho ini kan bukunya Saksi Yehovah, sesat loh, Iv! Jangan dibaca.” Mungkin perkataan tersebut hanyalah omongan dua anak perempuan remaja yang hanya mengerti hal tersebut karena diberitahu orangtuanya atau bagaimana, tetapi pada saat itu juga, perkataan sederhana 2 temanku ini sangat membekas dan membuatku mendapatkan keteguhan bahwa Yesus adalah Tuhan.


Saya pulang ke rumah sambil membawa buku tersebut untuk saya ‘bumihanguskan’. Sepulangnya, saya menangis tersedak-sedak sambil menggunting buku tersebut setiap halaman menjadi serpihan-serpihan kecil selama beberapa jam. Saya menggunting sambil melihat diri saya begitu bodoh dan tidak peduli bahkan kepada pemilik hidupnya sendiri. Pengguntingan dramatis ini memanglah begitu dramatis sehingga tangan dan mata saya lumayan bengkak. Namun, beberapa jam tersebut saya dibuatNya merenung akan kehidupan saya selama ini, dan akan kebaikan kasih-Nya. Saya berpikir, selama ini saya pergi ke gereja dan melakukan pelayanan namun tidak mengenal siapa yang saya layani, bahkan saya goyah imannya dan mudah sekali disesatkan. Saat itu, saya berkomitmen untuk mau mengenalNya lebih sungguh-sungguh lagi, saya juga berkomitmen mau sungguh-sungguh menjadikan Dia yang memanglah Tuhan Allah yang sejati, menjadi Tuhan dalam hidup saya dan juruselamat atas hidup saya. Saya bersyukur keraguan ini justru membawa saya benar-benar kembali kepada-Nya.


Setelah banyak momen inversensi Allah dalam hidup saya tersebut, Tuhan tetap beserta hidup saya, semakin hari pemikiran saya Ia perbaharui. Dalam pelayanan gereja pun, yang awalnya saya anti sosial, saya berusaha (dengan mengandalkan Tuhan) untuk menjadi orang yang tidak pakai topeng, bisa membaur dengan anak remaja yang lain. Saya menyadari mereka adalah saudara seiman saya, dan rumah Bapa adalah rumah saya juga yang telah diangkat menjadi Anak-Nya, sehingga saya mau bersikap sebagaimana mestinya, bukannya malah menjauhkan diri dari percakapan dengan sesama di dalam sebuah persekutuan; serta melayani dengan hati yang sungguh-sungguh agar menjadi berkat bagi mereka yang saya layani.


Lalu dengan adanya katekisasi, saya juga diteguhkan lebih lagi bahwa Kristus adalah juruselamat saya, yang membawa saya dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib dan mengubahkan. Ada progres yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan spiritual saya dan pertobatan saya. Misalnya, seperti saya yang adalah seorang penakut untuk keluar dari zona nyaman, termasuk untuk memberitakan injil, Tuhan membentuk saya supaya menjadi orang yang bukan penakut. Sampai sekarang, saya masih bergumul dengan hal ini, saya benar-benar membutuhkan kekuatan dari Roh Kudus untuk bisa memberitakan injil dan tidak menjadi penakut.

Biarlah Dia semakin memenuhi hidup saya, dan saya semakin berkurang. Bukan saya lagi yang hidup, melainkan Kristus hidup dalam hidup saya. Tuhan itu luar biasa dalam rancanganNya untuk membawa saya kembali kepada-Nya, pemilik hidup saya! Tuhan itu baik dan indah!…….


Semua karena anugerah-Nya yang tanpa batas............................. saya tidak layak, namun Ia melayakkan saya... karena itu saya mau hidup mengabdi padaNya... :') Roh Kudus yang mampukan saya untuk setia hidup dalam kebenaran sampai akhir hidup saya. AMIN.

 
 
 

Comments


I Sometimes Send Newsletters

Thanks for submitting!

bottom of page