top of page
Search

Ibunda


Ketika aku hendak berumur 20, tingkat kesadaranku akan betapa menjadi ibu bukanlah hal mudah menjadi semakin dalam......


Awal Mula


Satu minggu setelah Idul Fitri, aku pergi ke rumah sepupuku untuk menginap selama beberapa hari. Rencana awal, untuk liburan sekalian belajar mobil. Namun tak kusangka ternyata liburanku bersama dengan keluarga sepupuku ini berakhir mempertemukanku dengan alunan nada lagu yang selama ini kucari. Lagu ini biasa aku dengar ketika aku sedang membantu *mami*-ku membuka depot. Selama selang beberapa bulan, lagu ini selalu muncul di speaker foodcourt ITC.


Yak, jadi begini ceritanya. Awalnya, aku sedang berlatih menyetir mobil di suatu area di daerah Pakuwon City. Beberapa saat keheningan kemudian, aku mendengar lagu-lagu yang dimainkan. Pikirku, oh ternyata sepupuku menyalakan lagu dari HP-nya. Aku menikmati playlist yang dia buat untuk latihan menyetir tersebut. Hingga akhirnya, waktunya tiba aku harus berganti latihan dengan sepupuku ini. Dia sudah berpindah ke kursi depan dan bersiap-siap untuk menyetir. Ketika dia sudah mau mulai latihan, aku menyuruhnya untuk tetap menyetel musik seperti tadi.


Nah, beberapa menit kemudian, munculah suatu lagu yang familier di telingaku. Ketika nada lagu terebut sampai kepada refrain-nya, aku senang luar biasa. Segera kutanyakan lagu ini kepada adik sepupuku, dan dia memberitahukan judulnya kepadaku. Beneran ternyata, itu memang lagu yang selama ini aku ingin tahu judulnya. Setiap kali di ITC membantu orangtua depot, pasti ada suatu waktu di mana lagu ini akan diputar, dan nada lagu ini sangat indah hingga memukau ku begitu rupa. Tapi... yah, biasalah, sejenak aku tertarik lalu aku melupakannya, demikian terus terjadi selama beberapa saat, hingga suatu saat aku memutuskan untuk mencari judul lagu ini, tapi aku tidak menemukannya juga.


Lagu tersebut adalah Bertaut yang dinyanyikan oleh Nadin Amizah. Berikut sebagian dari lirik lagunya:


...

Bun, kalau saat hancur ku disayang Apalagi saat ku jadi juara Saat tak tahu arah kau di sana Menjadi gagah saat ku tak bisa Sedikit kujelaskan tentangku dan kamu Agar seisi dunia tahu

Keras kepalaku sama denganmu Caraku marah, caraku tersenyum Seperti detak jantung yang bertaut Nyawaku nyala karena denganmu

Aku masih ada sampai di sini Melihatmu kuat setengah mati Seperti detak jantung yang bertaut Nyawaku nyala karena denganmu

Bun, aku masih tak mengerti banyak hal Semuanya berenang di kepala Dan kau dan semua yang kau tahu tentangnya Menjadi jawab saat ku bertanya


...


Setelah ke sekian kalinya aku mendengar nada-nada lagu ini tanpa mengerti judulnya dan apa liriknya, aku mengira bahwa ini adalah salah satu lagu romansa yang lagi hits. Tetapi ketika aku sudah tau judulnya, oh betapa lirik ini sangat menyentuh hatiku yang paling dalam.


Ingin Tahu? Bertanyalah


Aku ingat juga, di sekitar hari yang sama, temanku berbincang denganku mengenai mengandung dan memiliki anak. Entah bagaimana awal mulanya, akhirnya kita saling berbalas-balasan membahas topik tersebut. Kala itu aku bercerita, ketika aku masih di jenjang SMP di dalam kelas biologi, aku sempat mual dikarenakan aku telah memvisualisasikan proses mengandung dan melahirkan yang dijelaskan oleh guru biologi-ku. Pasti sakitnya setengah mati. Temanku ini kemudian menceritakan tentang mama-nya yang ketika melahirkan dicesar dan sakitnya hingga saat ini, dan seterusnya. Setelah kupikir-pikir lagi, selama 19 tahun aku hidup, belum pernah orangtuaku bercerita mengenai masa-masa ketika ibuku melahirkanku. Dan bodohnya, memang aku tidak pernah bertanya sebelumnya.


Saling Bertautan


Kembali pada malam setelah aku dan sepupuku berlatih menyetir mobil, aku, sepupuku, dan bibiku sedang duduk di sekitar meja makan melakukan aktivitas masing-masing. Disertai dengan sepoinya kipas angin yang menenangkan malam, tiba-tiba aku teringat akan lagu Bertaut. Aku segera meminjam HP sepupuku, dan memainkan lagu ini, melihat video musik Bertaut yang ada di YouTube.


Tidak ada yang siap menjadi seseorang di dunia ini. Tidak ada, bahkan ibuku juga tidak. Meski demikian, aku tetap ada dan sudah lahir, bahkan hingga saat ini aku hampir menginjak kepala 2, dan ibuku selalu menjadi ibu yang telah memberikan yang terbaik bagi aku. Semejak aku pertama kali membuka mataku, ibuku yang pertama kali memelukku dengan kehangatannya. Ketika aku masih kecil tidak mengerti cara pergi ke toilet, dia selalu ada buat aku. Ketika aku sedang mengalami pubertas dan masa labil, ibuku tetap ada buat aku. Mungkin dia bukanlah orang yang sempurna, tetapi aku sangat bersyukur karena Dia yang menjadi ibuku...


Kala itu juga aku memerhatikan, betapa bibiku ini sangat mencintai kedua anaknya (sepupuku), hal itu adalah hal yang sudah semestinya, mengingat bahwa anak itu berasal dari daging dan darahnya sendiri. Orangtua sangat mencintai anak-anaknya dengan caranya masing-masing, meskipun kadang caranya sangat bertentangan dengan pemikiran dewasa kita. Namun, mereka pada akhirnya tetap mencintai anaknya.


Hari Minggu seminggu setelah Idul Fitri, aku kembali membantu ibuku menjaga depot di ITC. Kala itu aku merasakan kelelahan batin, dan kemalasan raga yang sedemikian rupa sehingga bisa dibilang aku terlihat seperti kungkang, bedanya mungkin kungkang masih semangat dalam batin(?) Hah? Yah intinya begitu. Namun, pada suatu menit dari 1440 menit di hari itu, entah kenapa aku aku ingin bertanya kepada ibuku, apa hal yang paling membuatnya 'deg-deg'an. Dan kala itu, setelah jawaban yang ngarang, dia akhirnya menjawab, waktu yang paling membuatnya deg-degan adalah ketika melahirkan aku dan kokoku.

Disitu, aku tersipu, dan tetap mendengarkan ceritanya. Dia berkata bahwa sebelum aku lahir, air ketubannya pecah dan berwarna hijau, entah apakah ini hal baik atau buruk. Kemudian, dia bercerita bahwa pada saat ingin mengeluarkan bayi dari tubuh, ternyata tali pusar itu menutupi jalanku untuk keluar, sehingga sangat mungkin bagi ibuku untuk dioperasi cesar, namun ibuku sangat tidak ingin dioperasi cesar. Aku kemudian bertanya, "Lho terus yak apaa???" Jawabnya singkat, "Ya berdoa me". Dan syukurlah aku terlahir dengan baik dan selamat, bahkan ada sampai hari ini.


Perbincangan singkat itu membuatku berpikir. Mungkin ibuku tidak sempurna, tetapi dia tetap adalah ibu yang mengandungku selama kurang lebih sembilan bulan, lalu melahirkanku, disertai dengan doa-doanya terhadapku. Bukankah itu adalah perjuangan yang indah...? Dia mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku. Dan disinilah aku sekarang, terkadang masih kurang ajar terhadapnya.


Ternyata, menjadi ibu itu memang tidak semudah itu. Beberapa waktu sebelumnya, aku juga dibuat mengerti oleh internet mengenai 'baby blues syndrome'. Intinya, Baby blues merupakan gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Intinya, menjadi ibu itu penuh perjuangan dan banyak hal yang bisa saja harus dikorbankan. Meskipun kadang aku bertanya, mengapa aku yang harus lahir, apa yang harus aku lakukan dalam hidup yang adalah berkah ini..., namun aku sadar betapa aku sangat bersyukur karena ibuku telah melahirkanku.... dan dia menyayangiku.


Oh ya... btw, bagi perempuan yang membaca tulisan ini, pastikan sebelum kalian memutuskan untuk memiliki anak, kalian sudah mempertimbangkan segala kesulitan dan kebahagiaan dengan memiliki anak, serinci mungkin.... sehingga anda tidak merasa tertekan dan malah melantarkan anak tersebut!!!


Tulisan ini sangat apa adanya, aku akhir-akhir ini sibuk tidak tahu karena apa, sehingga untuk megedit tulisan ini menjadi kalimat yang efektif dan sebagainya pun, aku kurang sempat... jadi ya sudah, biarlah begini saja. Ini tulisanku, isi hatiku, dan rasa hormat ku pada para ibu sejati.



Foto Cover:

Photo by Zach Lucero on Unsplash


 
 
 

Comentarios


I Sometimes Send Newsletters

Thanks for submitting!

bottom of page