Adaptasi dan Pengorbanan Diri - Masih Banyak Hal Tak Ku Tahu
- Ivana Aimee
- Aug 15, 2021
- 4 min read

Keberangkatan-29 Agustus 2021
Tepat hari ini aku berangkat pergi ke kampus STT Aletheia Lawang, tempat dimana aku akan dibentuk dan diproses untuk menjadi hamba-Nya. Detik-detik keberangkatanku, aku keluar dari garasi rumah, melihat mamiku sedang tersenyum. Namun kemudian, senyuman itu perlahan berubah menjadi tangisan. Aku melihat seorang ibu yang tidak rela anaknya melepaskan diri dari pandangannya (Apalagi kami sudah bersama setiap hari karena harus stay at home! Makin baper ga tuh!). Kala itu, kami memutuskan hanya papiku yang mengantarku ke Lawang, agar tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk antigen. Aku sedih, karena memang harus meninggalkan keluargaku.
Akhirnya aku berangkat juga ke Klinik Siloam dekat kantor papiku untuk tes antigen (kami memilih tempat ini, karena sepi dan harganya terjangkau). Dalam perjalanan aku bercerita, mengenai temanku dari Surabaya yang lain, yang diantar oleh kedua orangtuanya, tetapi hanya dia saja yang melakukan tes antigen. Setelah beberapa saat, sampailah kami pada tempatnya, sejenak ketika keluar dari mobil, aku menyadari diriku melupakan satu hal terpenting yang harus dibawa kemana-mana oleh anak di atas 18 tahun, yakni KTP!! Lantas, ku berpikir sejenak dimana terakhir kali aku meletakkan kartu tersebut. Ya benar, seingatku ada di atas printer rumahku, aku lupa mengambilnya ketika kemarin aku gunakan untuk memfotokopi KTP-ku.
Mengetahui hal ini, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah setelah mengambil tes antigen (aku masih bisa tes antigen karena membawa fotokopi KTP). Sudah jelas sekali betapa cerobohnya diriku ini! Namun… aku malah bersyukur. Karena kami harus pulang ke rumah untuk mengambil KTP, maka ada kesempatan mamiku untuk ikut mengantarkanku ke Malang (hal ini juga dipengaruhi karena hanya aku saja yang tes antigen, ada perubahan rencana). Setelah sekitar satu setengah jam, sampailah aku ke kampus STT Aletheia Lawang. Kami langsung menurunkan barang-barangku, dan mengambil foto. Sayangnya, dikarenakan ada PPKM, sehingga orangtua hanya bisa mengantar di pos satpam. Pulanglah kedua orangtuaku ke Surabaya, dan aku harus menjalani masa karantina selama lima hari.
Masa Karantina
Hari pertama terasa begitu aneh. Perasaan, aku baru saja berada di Surabaya, sekarang sudah ada di Lawang dan harus dikarantina. Aku tidak begitu mengerti akan apa yang harus dilakukan. Sehabis makan siang, aku tidur siang, berolahraga singkat melihat video yang aku download di YouTube sebelumnya, membaca buku singkat, dan seterusnya. Oh iya, hari pertama kesal sekali, internetku begitu parah. Alasan utama, karena memang lokasi karantina ku di lantai satu asrama putri, aku merasakan susah sinyal yang luarbiasa; alasan kedua, karena kartu internetku masih harus menyesuaikan diri. Hari pertama, aku telpon dengan salah dua temanku, dan yang terjadi adalah, setiap beberapa menit, telpon kami harus terputus. Wow, rasanya kehidupan ini sedih sekali, tetapi syukurlah, Tuhan tetap baik adanya, meskipun saya tidak bisa internetan.
Hari demi hari berjalan. Internetku semakin membaik, meskipun masih lambat, tapi paling tidak, tidak terlalu sering putus koneksi. Aku akhirnya sempat mengunduh beberapa film, seperti The Tomorrow War, Jungle Cruise, Anastasia. Semuanya adalah film yang keren, namun akum iris karena kuotaku banyak terkuras. Hahaha, gapapa “). Selama karantina, aku juga menyempatkan diri untuk belajar 2 bab dari buku pelajaran Introduction to the New Testament oleh Mark Powell, beserta membaca novel fiksi milik C.S. Lewis, Out of The Silent Planet. Bersyukur, makanan tercukupi dan semuanya bisa kutelan, hahaha, ya memang diriku ini suka makan, jadi kalau semua tertelan sudah biasa.
Hari-H pemberitahuan hasil PCR, ternyata ada salah satu temanku yang positif, dan ketika dilacak, aku teringat aku memiliki beberapa kontak tidak langsung dengan anaknya, karena itu aku merasa lebih baik aku diperpanjang, dan syukurlah pihak satgas kampus memutuskan untuk memperpanjang karantina saya selama dua hari, lalu antigen. Saya ingat sekali, dosen pembimbing tingkat saya begitu memerhatikan saya (dan mungkin juga, teman-teman saya) dan mengingatkan saya untuk tetap mendekat kepada Allah! Ya! Benar! Harus demikian, karena memang setiap hari merupakan suatu peperangan rohani, kita tidak boleh lengah, dan harus terus beriman kepada Allah bahwa Yesus sudah menang atas segalanya.
Masa Adaptasi
Bersekolah di asrama Teologi itu sangat rumit. Tiap pagi, ada jam untuk saat teduh kerja rutin, senam pagi, tiap hari pasti ada tata makan atau cuci piring, disertai dengan chapel pagi dan malam di sela-sela perkuliahan dan kerja rutin kamar masing-masing. Setelah beberapa saat, dan beberapa kesalahan yang aku lakukan, ketelatan yang harus aku (bodohnya) lakukan, akhirnya aku terbiasa juga dengan kehidupan dan detil peraturan kehidupan berasrama di sini. Memang, sekarang kita aku menulis, kuliah baru saja akan dimulai besok, sehingga aku belum benar-benar beradaptasi dengan kehidupan perkuliahannya. Tapi paling tidak, saya sedang dalam proses adaptasi. Tuhan bantu anak-anak yang sudah Tuhan panggil untuk dibentuk jadi hamba Tuhan, agar bisa survive sampai akhir.
Dalam proses adaptasi, saya belajar, harus mengerti mana zona yang baik dan buruk. Aku belajar dari kakak kamarku, mengenai, berdiri sendiri, tidak bergantung pada manusia, tetapi kepada Allah yang hidup. Harus berprinsip, adaptasi, ambil yang baik, buang yang buruk. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Ada kalanya, nanti kita akan diperhadapkan dengan para lelaki menyebalkan yang suka mendekati, ya kita harus bisa beradaptasi dan berteman dengan siapa saja, sambil menjaga diri agar tidak didekati dan sebagainya (tingkat 1&2 tidak boleh pdkt dan pacaran).
Aku akan tetap belajar, meskipun ada teman yang hanya mementingkan nilai, ataupun malas belajar, aku harus tetap belajar dengan giat sambil menghidupi Firman-Nya dengan integritas. Tuhan yang memampukan Ivana untuk rajin, berempati dengan sesama, penuh belas kasih seperti Tuhan…..
Pengorbanan Diri
Meskipun nanti, (aku baru membayangkan) harus melewati beberapa malam tanpa tidur yang cukup, beberapa kelas yang berat, ajar aku untuk tetap setia dan taat pada Tuhan. Di sini aku dibentuk Tuhan, aku bakal menemui banyak orang dengan karakter masing-masing yang belum tentu baik, punya intrik buruk dibalik mulut yang manis, tetapi semua itu harus kujalani demi pembentukan yang utuh, penyempurnaan diri semakin serupa Kristus. Aku mau mengalami dan melewati itu, sebagai bentuk pengorbanan diri untuk tujuan yang lebih tinggi! Biarlah nama Tuhan dipermuliakan dalam diriku bahkan dalam masa-masa gelap dan lembah. Biarlah hanya Tuhan…. Yang kuandalkan, aku melakukan semua ini.. biarlah hanya untuk menyenangkan dan memuliakan Dia…… Tuhan bantu Ivana.

By the way, aku bersyukur pol dengan kakak kamarku... Dia punya caranya sendiri dan seterusnya.
Aku belajar sesuatu dan banyak dari dia, semoga kita dapat saling menajamkan dan menguatkan di dalam Tuhan. Sedih ketika yang lain sedih, tertawa bersama ketika ada yang menyukakan.
Pas awal2 dateng, kita makan makan bareng, Mie Tom Yum.. Yummy pol! Thank you kakak kamarku yang baek hati dan tdk sombong........
Comments